zwani.com myspace graphic comments
SELAMAT DATANG PARA PENGUNJUNG, TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, INI ADALAH SEBUAH BLOG TENTANG PULAU SIMEULUE - NAD...SEMOGA BLOG INI BISA BERMAMFAAT BAGI KITA SEMUA.SALAM DARI SAYA...WAHID PUTRA SIMEULUE

Nandong Simeulue


Simeulue
Written by Administrator
Friday, 03 July 2009 01:59

Kabupaten Simeulue dengan Ibukotanya Sinabang merupakan sebuah kepulauan yang memiliki keindahan pantai dan pemandangan bawah laut dengan berbagai biota laut yang sangat indah dan asli. Tingginya gelombang lau telah menjadi tantangan menarik untuk olahraga air (selencar). Sebagai daerah kepulauan, Simeulue memiliki sekitar 15 pulau yang berpenghuni dan 27 pulau yang belum berpenghuni. Ke 27 pulau yang belum berpenghuni tersebut memiliki potensi ekonomis untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata alam (marine resorts).

Berbagai objek wisata unggulan dan menarik lainnya juga terdapat di daerah ini yang meliputi situs-situs budaya/sejarah, seperti Makam Mangkudo Batu, Makam Tengku Di ujung, Makam T Silaborit, Benteng Belanda, Masjid Tabusalihon, dll. Semua objek tersebut memiliki keunikan dan sejarah tersediri, sehingga akan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Objek wisata marina juga sangat mudah dijumpai di daerah ini, seperti terumbu karam yang indah di Teluk Sibigo, Pantai Alus-alus dan Pulau Tampak yang dikelilingi hamparan pasir putih.

Selain potensi alam, adat istiadat yang tetap dipegang teguh masyarakat Simeulue juga menjadi potensi bagi pengembangan industri pariwisata budaya di Simeulue, seperti debus, pencak silat, tari angguk, tari andalas, nandong sangat menarik dan berpotensi untuk dijadikan sebagai atraksi budaya. Selain itu juga terdapat berbagai makanan khas daerah yang um umunyaberasal dari sumber daya laut, seperti ikan karang, cumi-cumi, penyu, udang (lobster) yang merupakan budidaya unggulan masyarakat Simeulue, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk menikmatinya.
Simeulue

Masyarakat Simeulue memiliki cerita yang sangat menarik dipelajari, khususnya pada saat bencana Tsunami menimpa Aceh. Tsunami yang pernah melanda Aceh banyak membawa hikmah bagi masyarakat Aceh umumnya dan masyarakat Simeulue khususnya. Salah satu hikmah yang terjadi adalah terkenalnnya daerah Simeulue sebagai salah satu daerah yang terkena dampak Tsunami, namun tidak menimbulkan korban jiwa yang sangat besar.

Hal yang paling utama yang menyebabkan Masyarakat Simeulue banyak yang selamat dari bencana Tsunami adalah masyarakat Simeulue masih tetap memegang teguh pada adat istiadat dan mematuhi nasehat para orang tua. Mereka masih memegang teguh nasihat para orang tua yang menganjurkan untuk memelihara hutan mangrove, berlari ke gunung atau tempat yang tinggi jika terjadi gempa besar dan fenomena surutnya air laut. Masyarakat dunia merasa kagum atas upaya masyarakat Simeulue menghindari korban jiwa yang besar sebagaimana yang terjadi pada daerah-daerah lain yang terkena Tsunami.

Dalam rangka membangun pariwisata di Simeulue, berbagai sarana dan prasarana pendukung pariwisata terus dibangun sesuai dengan harapan dan kebutuhan wisatawan, seperti rute kapal ferry regular ke dan dari Meulaboh dan Labuhan Haji yang dapat dilakukan selama tiga kali seminggu dan SMAC (perusahaan penerbangan domestik yang melakukan penerbangan satu kali seminggu).

Pulau Simeulue Jun 21, '08 12:50 PM
for everyone
Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di tengah Samudra Hindia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.

Karena posisi geografisnya yang terisolasi, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini.

Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan. Terdapat 3 bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Ulau, bahasa Sibigo dan bahasa Jamee. Bahasa Ulau (pulau) umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam; bahasa Sibigo umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang; sedangkan bahasa Jamee (tamu) digunakan khususnya oleh para penduduk yang berdiam disekitar kota Sinabang dan sekitarnya yang umumnya perantau niaga dari Minang dan Mandailing.

Ibukota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah "Sinafang" yang artinya "senapan" atau senjata api, dimana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Juga "Sibigo" ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat "CV & Co" karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi "maskapai" pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.

Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya didaratan Aceh, salah satunya adalah seni ber-"Nandong", suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa. Terdapat pula seni yang sangat digemari sebahagian besar masyarakat, seni Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu/buluh serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue acap diundang ke manca negara.

Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah kerbau Simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi.

Disamping itu dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang Lobster (udang laut)yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri Singapura & Malaysia. Hasil perkebunan rakyat lainnya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur disepanjang pantai pulau Simeulue. Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon- Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan swakelola pemerintah daerah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on Rabu, 10 Februari 2010
0 komentar
categories: | edit post

Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Diambil dari Depdiknas. 2008 A.Pengertian

Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Sumber lain mengatakan bahwa Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama,2007). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Keunggulan Lokal (KL) adalah suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.

Keunggulan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah adalah potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah. Sebagai contoh potensi kota Batu Jawa Timur, memiliki potensi budi daya apel dan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat kota Batu dapat melakukan sejumlah upaya dan program, agar potensi tersebut dapat diangkat menjadi keunggulan lokal kota Batu sehingga ekonomi di wilayah kota Batu dan sekitarnya dapat berkembang dengan baik.

Kualitas dari proses dan realisasi keunggulan lokal tersebut sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia, yang lebih dikenal dengan istilah 7 M, yaitu Man, Money, Machine, Material, Methode, Marketing and Management. Jika sumber daya yang diperlukan bisa dipenuhi, maka proses dan realisasi tersebut akan memberikan hasil yang bagus, dan demikian sebaliknya. Di samping dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia, proses dan realisasi keunggulan lokal juga harus memperhatikan kondisi pasar, para pesaing, substitusi (bahan pengganti) dan perkembangan IPTEK, khususnya perkembangan teknologi. Proses dan realisasi tersebut akan menghasilkan produk akhir sebagai keunggulan lokal yang mungkin berbentuk produk (barang/jasa) dan atau budaya yang bernilai tinggi, memiliki keunggulan komparatif, dan unik.

Dari pengertian keunggulan lokal tersebut diatas maka Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA adalah pendidikan/program pembelajaran yang diselenggarakan pada SMA sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik.

B. Potensi Keunggulan Lokal

Konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasikan dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), geografis, budaya dan historis. Uraian masing-masing sebagai berikut.

1. Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup. Contoh bidang pertanian: padi, jagung, buah-buahan, sayur-sayuran dll.; bidang perkebunan: karet, tebu, tembakau, sawit, coklat dll.; bidang peternakan: unggas, kambing, sapi dll.; bidang perikanan: ikan laut, ikan air tawar, rumput laut, tambak, dll. Contoh lain misalnya di provinsi Jawa Timur memiliki keunggulan komparatif dan keragaman komoditas hortikultura buah-buahan yang spesifik, dengan jumlah lokasi ribuan hektar yang hampir tersebar di seluruh di wilayah kabupaten/kota. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan (Teropong Edisi 21, Mei-Juni 2005, h. 24). Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan bottom-up untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah tertentu, dibanding strategi pusat pertumbuhan (growth pole).

2. Potensi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayaguna- kan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan (Wikipedia, 2006). Pengertian adaptif artinya mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan perubahan sosial budaya. Bangsa Jepang, karena biasa diguncang gempa merupakan bangsa yang unggul dalam menghadapi gempa, sehingga cara hidup, sistem arsitektur yang dipilihnya sudah diadaptasikan bagi risiko menghadapi gempa. Kearifan lokal (indigenous wisdom) semacam ini agaknya juga dimiliki oleh penduduk pulau Simeulue di Aceh, saat tsunami datang yang ditandai dengan penurunan secara tajam dan mendadak muka air laut, banyak ikan bergelimpangan menggelepar, mereka tidak turun terlena mencari ikan, namun justru terbirit-birit lari ke tempat yang lebih tinggi, sehingga selamat dari murka tsunami. Pengertian transformatif artinya mampu memahami, menerjemahkan dan mengembangkan seluruh pengalaman dari kontak sosialnya dan kontaknya dengan fenomena alam, bagi kemaslahatan dirinya di masa depan, sehingga yang bersangkutan merupakan makhluk sosial yang berkembang berkesinambungan.

SDM merupakan penentu semua potensi keunggulan lokal. SDM sebagai sumber daya, bisa bermakna positif dan negatif, tergantung kepada paradigma, kultur dan etos kerja.Dengan kata lain tidak ada realisasi dan implementasi konsep keunggulan lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia dalam proses pencapaian keunggulan. SDM dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDA, mencirikan identitas budaya, mewarnai sebaran geografis, dan dapat berpengaruh secara timbal balik kepada kondisi geologi, hidrologi dan klimatologi setempat akibat pilihan aktivitasnya, serta memiliki latar sejarah tertentu yang khas. Pada masa awal peradaban, saat manusia masih amat tergantung kepada alam, ketergantungannya yang besar terhadap air telah menyebabkan munculnya peradaban pertama di sekitar aliran sungai besar yang subur.

3. Potensi Geografis

Objek geografi antara lain meliputi, objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan flora), dan antroposfer (lapisan manusia yang merupakan tema sentral). Sidney dan Mulkerne (Tim Geografi Jakarta, 2004) mengemukakan bahwa geografi adalah ilmu tentang bumi dan kehidupan yang ada di atasnya. Pendekatan studi geografi bersifat khas. Pengkajian keunggulan lokal dari aspek geografi dengan demikian perlu memperhatikan pendekatan studi geografi. Pendekatan itu meliputi; (1) pendekatan keruangan (spatial approach), (2) pendekatan lingkungan (ecological approach) dan (3) pendekatan kompleks wilayah (integrated approach). Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran letak distribusi, relasi dan inter-relasinya. Pendekatan lingkungan berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya, sedangkan pendekatan kompleks wilayah memadukan kedua pendekatan tersebut.

Tentu saja tidak semua objek dan fenomena geografi berkait dengan konsep keunggulan lokal, karena keunggulan lokal dicirikan oleh nilai guna fenomena geografis bagi kehidupan dan penghidupan yang memiliki, dampak ekonomis dan pada gilirannya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Contoh tentang angina fohn yang merupakan bagian dari iklim dan cuaca sebagai fenomena geografis di atmosfer. Angin fohn adalah angin jatuh yang sifatnya panas dan kering. terjadi karena udara yang mengandung uap air gerakannya terhalang oleh gunung atau pegunungan. Contoh angin fohn di Indonesia adalah angin Kumbang di wilayah Cirebon dan Tegal karena pengaruh Gunung Slamet, angin Gending di wilayah Probolinggo yang terjadi karena pengaruh gunung Lamongan dan pegunungan Tengger, angin Bohorok di daerah Deli, Sumatera Utara karena pengaruh pegunungan Bukit Barisan.

eperti diketahui angin semacam itu menciptakan keunggulan lokal Sumber Daya Alam, yang umumnya berupa tanaman tembakau, bahkan tembakau Deli berkualitas prima dan disukai sebagai bahan rokok cerutu. Semboyan Kota Probolinggo sebagai kota Bayuangga (bayu = angin, anggur dan mangga) sebagai proklamasi keunggulan lokal tidak lepas dari dampak positif angin Gending.

4. Potensi Budaya

Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. Beberapa contoh keunggulan lokal menghargai kebudayaan setempat yaitu upacara Ngaben di Bali, Malam Bainai di Sumatera Barat, Sekatenan di Yogyakarta dan Solo dan upacara adat perkawinan di berbagai daerah.

Sebagai ilustrasi dari keunggulan lokal yang diinspirasi oleh budaya, misalnya di Kabupaten Jombang Jawa Timur, telah dikenal antara lain:

* Teater “Tombo Ati” (Ainun Najib)
* Musik Albanjari (Hadrah)
* Kesenian Ludruk Besutan
* Ritualisasi Wisuda Sinden (Sendang Beji)

5. Potensi Historis

Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Pada potensi ini, diperlukan akulturasi terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi kultural baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi aset/potensi keunggulan lokal.

Salah satu contoh keunggulan lokal yang diinspirasi oleh potensi sejarah, adalah tentang kebesaran “Kerajaan Majapahit”, antara lain : Pemerintah Kabupaten Mojokerto secara rutin menyelenggarakan Perkawinan ala Majapahit sebagai acara resmi yang disosilaisasikan kepada masyarakat;


Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue)
Category/Subject: Student Papers / Law / General
Keyword: Penanaman Modal
Creator: Sul Ikhwan

Description (Indonesia):
Kabupaten Simeulue merupakan daerah yang banyak membutuhkan dana untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonominya. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh daerah, Kabupaten Simeulue telah melakukan upaya- upaya untuk memberdayakan peran penanaman modal di daerah. Penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut : Bagaimana kebijakan pemerintah daerah kabupaten Simeulue, bagaimana pengaruh penanaman modal dalam pembangunan di kabupaten Simeulue, apa pengaruh penanaman modal terhadap pertumbuhan perekonomian di kabupaten Simeulue; dan apa perlunya penanaman modal di kabupaten Simeulue. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif, dengan cara melakukan penelaahan terhdap bahan-bahan penelitian yang bersumber dari data-data primer dan data skunder. Pelaksanaan pembangunan di daerah kabupaten Simeulue berjalan sedikit lambat dari daerah-daerah lainnya. Kendala utama dalam pelaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue adalah masih rendahnya pendapatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Masih kurangnya penerimaan daerah disebabkan karena belum banyak berkembang kagiatan usaha atau penanaman modal di daerah itu. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa pemerintah daerah Kabupaten Simeulue telah berupaya untuk mendatangkan investor ke daerah dengan melakukan perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan sarana transportasi, baik transportasi laut maupun transportasi udara, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mendirikan Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) sebagai upaya untuk mendorong masuknya penanaman modal ke daerah. Ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan penanaman modal di daerah yaitu potensi sumber daya alam, kemudahan yang diberikan kepada pihak penanam modal, jaminan keaman serta sikap masyarakat daerahnya yang tidak fanatik. Penghambat penanaman modal di daerah tersebut yaitu masalah infrasstruktur, masih rendahnya jaminan kepastian hukum, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kemampuan pemerintah daerah untuk memberdayakan investasi. Penanaman modal sangat brpengaruh terhadap pembangunan di daerah, dimana tidak adanya kegiatan penanaman modal menyebabkan rendahnya penerimaan daerah, sehingga pemabngunan berjalan lambat. Penanaman modal juga belum memegang peranan penting dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.






Harapan Anak Pulau
Wednesday, 12 November 2008 05:40

O, Simeulue di tengah samudra, bilakah nasibmu sejahtera, bilakah perahu, riak dan gelombang laut membantu, bilakah warna warni terumbu karang dan ikan akan membawa warna kemapanan pendudukmu? Mintalah jawaban pada sang pemimpin, buktikan bahwa Simeulue punya pimpinan, jangan biarkan Simeulue hanya mengadu pada angin laut. Angin laut takkan bisa menjawabnya.

[Komuditi Khas Pulau Simeulue]

Komuditi Khas Pulau Simeulue
bila kita menumpang Feri dari Labuhan Haji, menyebrangi samudra menuju pulau cengkeh ini, 8-9 jam kita baru berlabuh di pelabuhan Simeulu. Bila dari Meulaboh, 12 jam baru mendarat. 70 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Simeulue yang dipimpin Drs Darmili ini masih dibalut kemiskinan. Ancaman ada di depan, bila NGO dan BRR hengkang dari pulau cengkeh itu, pengangguran meningkat dan kriminalitas pun menjamur. Urbanisasi penduduk Simeulue ke luar pulau itu pun mungkin tak terelakkan. Sementara akses pendukung loading penjualan hasil bumi Simeulue keluar daerah kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Simeulue.

Sekeping Asa
Dari hari ke hari, nasib 3600 nelayan Simeulue dan pulau kecil sekitarnya kian terpuruk. Mereka hanya mengandalkan mata pancing dan perahu tua. Hasil tangkapan pun tak memadai untuk kehidupan layaknya manusia. Padahal mereka hidup di negara yang lebih 63 tahun merdeka ini. Tanpa fasilitas cukup, mereka terpaksa merelakan ikan laut Simeulue dikuras habis oleh nelayan luar. Ikan-ikan yang seharusnya jatah mereka dijual ke daratan Sumatera atau daerah lainnya.

Di balik itu, ada juga pihak lain seperti pemerintah dan donatur mewacanakan bantuan untuk nelayan. Namun wacana yang dilanjutkan dengan menyalurkan bantuan itu, tanpa disertai solusi pemasaran akhir. Sehingga tersebutlah ungkapan, “Prospek perikanan di Simeulue hanya jalan di tempat.”

“Kami tidak sering dapat ikan, karena hanya mengandalkan alat tangkap tradisional. Kami pun masih menjual ikan secara tradisional, yakni menjual ikan hasil pancingan pada tetangga rumah atau tetangga kampong. Bagaimana nasib kami, kapan nelayan ini bisa bangkit. Kami hanya dapat ikan banyak saat musim ikan, namun ketika banyak begitu, tak tahu ke mana kami jual,” keluh Kaharaman, (52) warga Gampong Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam.

Lelaki itu mengaku tidak tamat Sekolah Dasar. Putra pertamanya menjadi korban keganasan gelombang Tsunami 26 Desember 2004 di Ibu Kota Aceh. Selain memancing setiap harinya, ia mengadu nasib dengan menjadi sopir becak mesin. Ia tidak mendapat perahu bantuan maupun rumah bantuan. Ia pikir, bagaimana kalau uang dana takziah yang dihamburkan BRR untuk seminar atau membuat tsunami pura-pura untuk beli perahu untuknya. Namun, ia sadar, ia tak punya saudara dalam jajaran pengurus dana sedekah itu.

Ia mengenang masa kecilnya. Dulu, ia keluar sekolah karena tak memiliki biaya. Kalau sekolah, ia tak punya uang untuk beli makanan. Ia memilih memancing untuk menyabung hidupnya. Namun, setelah sekian tahun menggeluti dunia memancing, ia belum bisa memakmurkan dirinya. Bahkan, sampai kini, ia telah mememiliki cucu. Tapi taraf hidupnya tak juga naik. Ternyata hasil memancingnya dengan alat tangkap pancing tradisional hanya menuai untung-untungan.

Di antara 3000 nelayan tetap di pulau Samudra Hindia itu, ada M Kusai, Warga Labuhan Bakti, Kecamatan Teupah Selatan yang berjuang mengarungi ombak, mengandalkan perahu untuk mengasapi dapurnya setiap hari.

“Sebelum ke laut atau memancing, kami mesti mengutang dulu di kios-kios. Mengharapkan Tuhan mengirimkan rezeki untuk kami di laut. Kami gak mengharap banyak, asal bisa tertutup hutang aja. Kalau untuk hasil lebih, jangan harap,” desah Kusai, yang beruntung mendapat rumah bantuan. Namun untuk bantuan perlengkapan memancing, ia hanya tercatat dalam daftar tunggu yang entah kapan mendapat bagian.

Kedua nelayan tadi masih beruntung ada perahu tradisional, sedangkan Saharuddin,60, warga Suka Maju, Kota Sinabang, Kecamatan Simeulue Timur, bernasib lebih sengsara dari kedua temannya tadi. Lelaki bertubuh kurus yang kulitnya hitam legam itu, setiap hari bergelut dengan terik matahari, air asin, dan ganasnya gelombang laut.

Ia potret nelayan yang terpaksa meminjam perahu dayung temannya yang kebetulan tidak melaut. “Saya sudah tua, jadi tidak sanggup lagi membuat perahu yang baru. Terpaksa saya pinjam parahu dayung teman. Sebenarnya saya ingin sekali mendapatkan bantuan alat memancing, tapi karena saya tidak mengerti urusan proposal, maka tidak pernah dapat. Jadi beginilah nasib saya,” keluh lelaki yang tidak memiliki anak tersebut.

Program bidang Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Simeulue hanya berjalan di tempat, hanya sebatas wacana atau serahkan bantuan tidak tepat sasaran. Masaalah nelayan ditambah lagi kala hasil tangkapan ikan mereka membludak, tidak dapat dipasarkan atau ditampung oleh pemerintah setempat. Ternyata, melimpahnya potensi Perikanan dan sumber daya alam lainnya tanpa disertai solusi akhir. Sumber Daya Manusia dan Sumber daya alam di sana sedang disia-siakan.

Geografis dan Perkembangan Ekonomi
Laut Simeulue berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Hindia dan perairan dunia yang menjadi lintasan jalur pelayaran internasional, 105 mil dari Meulaboh Aceh Barat, 85 mil dari Tapak Tuan Aceh Selatan. Pulau Simeulue memiliki panjang 100,2 km, lebar 8-12 km dan 212.512 ha. Sedangkan 14.491 ha lagi tersebar pada pulau-pulau lain, yakni: Siumat, Panjang, Batu Berlayar, Teupah, Tepi, Ina, Alafalu, Mincau, Simeulue Cut, Pinang, Dara, Langgeni, Linggam, Lekon, Selaut, Silauik, Penyu, Tinggi, Kecil, Khala-khala, Asu, Babi, dan Lasia serta pulau-pulau kecil lainnya.

Pertumbuhan dan perkembangan Ekonomi Sektor Perikanan di Kabupaten Simeulue yang dikelilingi laut nan dalam kian meningkat. Kabupaten yang memiliki beberapa pulau dengan ekosistem biota laut yang sangat banyak itu pun mempunyai potensi bahari lain. Ragam potensinya bisa mendongkrak Pendapatan Asli Daerah maupun ekonomi masyarakat, khususnya bagi nelayan pulau yang berjuluk pulau penghasil cengkeh terbesar di Tanah Rencong ini.

Luas areal perikanan tangkap di laut yang hampir mencakup seluruh laut yang menggelilingi pulau Simeulue hingga ke perbatasan jalur pelayaran internasional. Areal produktif budidaya ikan tawar mencakup 3384.7 ha dan budidaya rumput laut, sampai saat ini belum membawakan hasil yang maksimal bisa mendongkrak taraf hidup Nelayan.

Nelayan dan Ikan
Nelayan tetap di Simeulu ada 3000 orang, dan nelayan tidak tetap 600 orang. Nelayan tak tetap itu berdomisili di delapan kecamatan, yakni: Simeulue Timur, Simeulue Tengah, Simeulue Barat, Teluk Dalam, Salang, Teupah Barat, Teupah Selatan dan Kecamatan Alafan. Hasil tangkapan ikan basah, lobster dan tripang para nelayan itu baru mencapai 6.572.5 ton pertahun. Sedangkan produksi budidaya ikan tawar mencapai 9 ton pertahun. Untuk ikan laut maupun ikan tawar yang diolah dan dipasarkan dalam Kabupaten Simeulue mencapai 48.715 kg pertahun.

Dari 3000 lebih nelayan Simeulue, yang memiliki armada tangkap unit perahu dayung 1.711 orang, perahu jenis robin atau Honda 1.700 unit, Boat 1-5 GT 162 unit, Boat 5-10 GT 9 unit. Alat tangkap 10-15 GT belum dimiliki oleh nelayan. Namun, dengan alat tangkap dan luasnya areal penangkapan ikan yang tersedia di perairan Pulau Simeulue, ternyata penghasilan nelayannya tidak maksimal seperti yang diharapakan. Peningkatan taraf ekonomi para nelayan itu masih jalan di tempat.

Miss Komunikasi Bantuan
Factor lain jalan ditempatnya sector perikanan di Kabupaten Simeulue, dipicu setelah Pemda atau NGO. Mereka menyerahkan berbagai bantuan untuk nelayan, namun tidak dibina dan dibimbing hingga membawa kesejahteraan. Malahan indikasi bantuan tersebut, hanya dinikmati oleh orang yang ‘dekat’ dengan pemberi bantuan. Inilah yang menimbulkan kesenjangan atau api dalam sekam di pulau tengah samudra sana.

Mohammad Azis, Koordinator Solidaritas Anti Korupsi Simeulue (SAKSI) mengaku, “Kita sangat bersyukur dengan mengalirnya setiap bantuan, tapi sampai saat ini, saya melihat bantuan hanya sebatas wacana, lalu diserahkan, kemudian tinggalkan. Bantuan itu tanpa didampingi oleh pihak terkait sampai unsaha berkat fasilitas bantuan mereka berhasil dan meningkatkan income para nelayan. Jangankan mengurus sampai nelayan itu sejahtra, malahan yang kebagian bantuan tersebut hanya orang dekat pengelola dana itu, yang dinilai mampu hidup layak tanpa bantuaan itu. Jadi tidak salah kita menilai perikanan di Simeulue hanya jalan dtempat” ungkap Azis.

Firdi Yuni Puji ST, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Simeulue mengaku, “Kita tetap mendampingi dan mesosialisasikan setiap bantuan dan potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia terutama Nelayan Tetap. Tapi di lapangan, kita sering berbenturan dengan mekanisme masyarakat setempat. Seringnya donatur lain menyerahkan bantuan tanpa kordinasi dengan pihak kita. Maka bila sudah timbul masaalah, kita dijadikan kambing hitam oleh nelayan, sementara pihak donatur telah pergi entah kemana,” ungkap Firdi.

Lahok Sang Primadona
Lobster (lahok) merupakan hasil laut primadona kebanggaan Simeulue yang mempunyai nilai jual ekonomis tinggi. Kini lahok hanya dikelola olehg orang yang mempunyai modal besar. Sementara nelayan hanya sebagai penggarap biasa. Harga lobster mengikuti mata uang Dolar Amerika Serikat. Mulai dari harga Rp 100.000-400.000/kg, dengan pangsa pasar Jakarta dan Luar Negeri. Lahok pun menjadi cenderamata atau menu makanan utama bagi tamu dan pejabat dalam Negeri maupun Luar Negeri yang datang ke pulau itu.

“Lahok adalah tanda Pulau Simeulue, jadi, jika ke Simeulue, namun belum makan lobster, artinya belum diakui pernah ke Simeulue.” Ungkapan tersebut adalah sapaan warga Simeulue kepada setiap orang luar yang berkunjung ke Pulau di tengah Samudra hindia itu.

Ungkapan ibu bukan sekedar basa-basi, namun dibuktikan dalam Rekapitulasi PAD Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Simeulue per tahun 2007. Lobster hidup 9.8895 ton, lobster mati 1.536 ton, ikan segar 21.095 ton, tripang 7.455 ton, lolak 1.789 ton, ikan hidup 3.499 ton, dan sirip hiu 0.02 ton. Total PAD dari sktor perikanan mencapai Rp 52.071.500. hasil itu, bila dibandingkan dengan PAD dan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang tersedia pada Pulau di Tengah Samudera Hindia tersebut, baru mencapai 37,71 persen. Bayangkan bila mencapai seratus persen!

Jumlah Penduduk dan Tapal Batas
Menurut data tahun 1996 populasi penduduk mencapai 81.596 jiwa atau 18.152 KK. Kini, bisa diprediksikan bertambah sepuluh persen, yakni, di atas 90.000 jiwa. Penganut agama Islam mencapai 78.189 persen, selebihnya Kristen dan

Penghasilan unggulan masyarakat seperti, cengkeh, kelapa, kakao, karet, pinang, pala. Buah sawit masih dikelola oleh Pemerintah Daerah, namun belum maksimal.

Sedangkan sektor perikanan masih jalan di tempat, belum bisa mendongkrak perekonomian nelayan, kendati hanya untuk kebutuhan sehari-hari.

Sector Industri konvensional dan rumah tangga masih sangat minim, hanya untuk keperluan sehari-hari. Bidang pertanian, seperti padi sawah masih mengandalkan sistim tadah hujan, dan swasembada pangan masih sebatas wacana. Beras masih didatangkan dari luar Kabupaten Simeulue.

Batas wilayah 105 mil laut dari Meulaboh kabupaten Aceh Barat, 85 mil dari Tapak Tuan Aceh Selatan. Panjang pulau simeulue 100,2 km, lebar 8-28 km, luas secara keseluruhan mencapai 198.021 ha. 135 Gampong, 8 Kecamatan, Simeulue Timur, Simeulue Barat, Simeulue Tengah, Teupah Barat, Teupah Selatan, Salang, Teluk Dalam dan Alafan.

Suku asli yang mendiami pulau penghasil cengkeh terbesar di provinsi Aceh tersebut adalah, Dagang, Pamuncak, Abon, Lanteng dan Painang. Sedangkan suku lain yang berbaur seperti Aceh, Batak, Minang, Bugis dan Jawa. Bahasa yang dipakai adalah bahasa induk seperti Bahasa Simolol, Devayan, Sigulai, Leukon, Aneuk Jame, dan bahasa pengantar resmi bahasa Indonesia.

Jumlah kenderaan roda dua 5.150 unit, roda tiga 260 unit, roda empat 399 unit, roda 6 168 unit, roda sepuluh 97 unit, mobil dinas 83 unit, bus pelajar 5 unit dan angkutan umum 25 unit.

Bisakah Diandalkan?
Bila diberdayakan secara maksimal SDA dan SDM yang ada, bukan tidak mungkin sector Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Simeulue bisa setara dengan Negeri Matahari (Jepang), tapi sayangnya Pemerintah pulau itu hanya berorientasi pada sector perkebunan. Seandainya pemerintah Simeulue bersandar pada riaknya gelombang. Seandainya memfokus pada indahnya terumbu karang, seandainya dimamfaatkan SDA dan SDM yang berpotensi menyejahterakan rakyat pulau yang berjulukan Simeulue Ate Fulawan itu, tentu saja ceritanya lain.

Laut yang sudah menjajikan kesejahteraan saja tak dikelola, bagaimana mengembangkan yang lain. O, Simeulue di tengah samudra, bilakah nasibmu sejahtera, bilakah perahu, riak dan gelombang laut, bilakah warna warni terumbu karang dan ikan akan membawa warna kemapaman nelayan-nelayanmu…? Mintalah jawaban pada pemerintahmu, buktikan bahwa Simeulu punya pimpinan, jangan biarkan Simeulue hanya mengadu pada angin laut. Angin laut takkan bisa menjawabnya. [Oleh Ahmadi Ahmadi, Wartawan Harian Aceh]
Berita Terkait

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on
0 komentar
categories: | edit post

Sebuah Perguruan Tinggi Simeulue di Depan Mata

Desember 10, 2009 pada 3:42 pm (Pendidikan)

Menarik sekali menyimak perkembangan akhir-akhir ini di Simeulue Ulao Sikandong tentang sebuah komitmen menuju peningkatan sumber daya manusia dengan akan didirikannya perguruan tinggi dambaan dan tumpuan harapan masyarakat Simeulue masa depan.

Adalah Dr. Aliasuddin, SE, M.Si yang diundang oleh Pemerintah Daerah Simulue untuk menjadi presenter dan narasumber pada hari itu, kamis 3 Desember 2009 di gedung DPRK Simeulue merefleksikan sebuah keniscayaan tentang pendirian sebuah Perguruan Tinggi di Bumi Simeulue Ate Fulawan. Semangat yang disampaikan beliau untuk melahirkan sebuah harapan tampaknya dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan menjelma menjadi kenyataan.

Keadaan ini seolah menjawab sebuah harapan yang pernah penulis paparkan pada sebuah catatan sekitar bulan juli yang lalu tentang keinginan kita bersama terhadap keberadaan Perguruan Tinggi di Kabupaten Simeulue yang kita cintai.

Terbentuknya perguruan tinggi di kabupaten Simeulue akan menjadi sebuah prestasi dan prestise bagi masyarakat Simeulue dan sekaligus mengangkat harkat dan martabat masyarakat serta memberikan jawaban bahwa Simeulue mampu dan sanggup mensejajarkan diri dengan Kabupaten lain di bidang pendidikan.

Seutas harapan telah terurai di hadapan kita bersama, mari kita dukung kesempatan ini dan jadikan cita-cita ini bukanlah hanya sekedar mimpi. Dan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue beserta DPRK dan jajarannya, sudah selayaknya kita ucapkan ribuan terimakasih serta apresiasi yang tak terhingga atas segala kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mewujudkan pendirian perguruan tinggi di Kabupaten Simeulue serta kepada para cendekiawan yang telah diberikan kepercayaan untuk mengemban amanah dalam melahirkan cikal bakal perguruan tinggi ini semoga dapat bekerja dengan baik dan dapat berhasil hendaknya.

Percayalah, sejarah ini akan dicatat dengan tinta emas dalam hati masyarakat Simeulue dan dijadikan momen landasan dalam upaya pengentasan keterbatasan kesempatan belajar dan pengentasan kelangkaan sumber daya manusia di Simeulue pulau harapan…

Perguruan Tinggi Akan Dibangun di Simeulue
Banda Aceh, (Analisa)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue, mendukung rencana Pemkab setempat untuk membangun perguruan tinggi, dalam upaya menampung lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikan.

"Kami sangat mendukung program dari Bupati Simeulue, Darmili yang ingin membangun perguruan tinggi di daerah kepulauan itu," kata Sekretaris Komisi C DPRK Simeulue, Rahmat kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (7/12).

Kabupaten Simeulue yang berada di Samudera Hindia itu sangat jauh dengan ibu kota provinsi yang berada di Kota Banda Aceh. Akibatnya, banyak dari lulusan SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi tidak kesampaian, karena kurangnya biaya orangtua mereka.

"Sebenarnya minat anak-anak lulusan SMA di Simeulue untuk melanjutkan sekolah cukup tinggi, namun jauhnya hubungan transportasi ke ibu kota provinsi yang harus mengarungi laut dalam waktu cukup lama, membuat mereka tidak bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi," ujar Rahmat, yang juga kader Partai Gerakan Pemuda Indonesia ini.

Putra Simeulue yang bisa sekolah sampai perguruan tinggi di Banda Aceh adalah mereka yang orangtuanya mampu atau bermodal nekad, karena keinginannya begitu besar untuk melanjutkan pendidikan.

Rahmat menyatakan, perguruan tinggi di Simeulue harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah, seperti guru dan tenaga kesehatan, kemudian ditambah jurusan yang spesifik, yaitu tentang bahari.

Disebutkan, Kabupaten Simeulue sekarang ini sangat kekurangan tenaga guru dan tenaga kesehatan, sehingga perlu dibuka jurusan pendidikan dan keperawatan.

Untuk jurusan spesifik perlu adanya Fakultas Perikanan Laut, karena potensi ekonomi yang cukup besar adalah sektor kelautan, sehingga diharapkan daerah tersebut menjadi tujuan untuk menuntut ilmu kelautan.

Informasi yang diperoleh, untuk mewujudkan perguruan tinggi tersebut, Pemkab Simeulue telah melakukan berbagai lokakarya dengan mengundang pakar pendidikan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dan putra daerah yang telah berhasil.

Bupati Simeulue, Drs Darmili kini juga sudah membentuk badan pembentukan perguruan tinggi daerah, yang anggotanya terdiri dari para tokoh ulama dan masyarakat setempat, baik yang ada di Simeulue maupun luar daerah. (mhd)

Forum Guru PRB Simeulue Terbentuk
10:00 | Friday, 20 November 2009

Forum Guru PRB (Pengurangan Resiko Bencana) Kabupaten Simeulue yang diprakasai 12 sekolah, ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue Nomor : 424/2732/2009, tertanggal 11 November 2009. Ke-12 sekolah yang memprakarsai PRB tersebut yakni SMAN 1 Salang, SMPN 2 Sim Tim, MTsS Teupah Barat Inor. MTsN Kp Aie. SMAN 1 Teupah Selatan, MAS Alus-Alus, SMPN 2 TepBar Laayon, MTSsN SInabang, SMAN 2 Salang, dan SMAN 2 Sim Tim.

Terbentuknya forum guru ini berawal dari hasil kesepakatan dan musyawarah guru 12 sekolah dampingan Yayasan Pusaka Indonesia pada kegiatan workshop pembentukan Forum Guru PRB Kabuapten Simeulue tanggal 15 Oktober 2009 lalu.

Deputi Badan Pengurus Pusaka Indonesia Drs Prawoto mengatakan, terbentuknya forum guru menunjukan pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Simeulue telah berupaya mengintegrasikan program PRB masuk ke ranah sistem pendidikan sekolah dan sudah mengacu kepada kebijakan kebijakan nasional sebut saja UU No, 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana dan Paraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Hal ini perlu disambut baik dan menjadi contoh bagi Dinas Pendidikan di daerah lain yang ada di Indonesia, khususnya di daerah yang rawan terjadi bencana alam. “Forum Guru ini nantinya akan dapat memasukan materi-materi kebencanaan kepada anak didik saat proses belajar mengajar,” ujar Prawoto.

Secara terpisah, Koordinator Program Pengurangan Resiko Bencana Yayasan Pusaka Indonesia, Fatwa Fadillah mengatakan, forum guru ini nantinya akan melakukan sosialisasi PRB tidak hanya kepada siswa tetapi juga kepada masyarakat hal ini sangatlah penting untuk menciptakan upaya membangun budaya hidup yang aman serta terciptanya kondisi masyarakat yang tangguh di masa depan dalam menghadapi bencana. (*)

Perguruan Tinggi Akan Dibangun di Simeulue
Banda Aceh, (Analisa)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue, mendukung rencana Pemkab setempat untuk membangun perguruan tinggi, dalam upaya menampung lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikan.

"Kami sangat mendukung program dari Bupati Simeulue, Darmili yang ingin membangun perguruan tinggi di daerah kepulauan itu," kata Sekretaris Komisi C DPRK Simeulue, Rahmat kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (7/12).

Kabupaten Simeulue yang berada di Samudera Hindia itu sangat jauh dengan ibu kota provinsi yang berada di Kota Banda Aceh. Akibatnya, banyak dari lulusan SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi tidak kesampaian, karena kurangnya biaya orangtua mereka.

"Sebenarnya minat anak-anak lulusan SMA di Simeulue untuk melanjutkan sekolah cukup tinggi, namun jauhnya hubungan transportasi ke ibu kota provinsi yang harus mengarungi laut dalam waktu cukup lama, membuat mereka tidak bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi," ujar Rahmat, yang juga kader Partai Gerakan Pemuda Indonesia ini.

Putra Simeulue yang bisa sekolah sampai perguruan tinggi di Banda Aceh adalah mereka yang orangtuanya mampu atau bermodal nekad, karena keinginannya begitu besar untuk melanjutkan pendidikan.

Rahmat menyatakan, perguruan tinggi di Simeulue harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah, seperti guru dan tenaga kesehatan, kemudian ditambah jurusan yang spesifik, yaitu tentang bahari.

Disebutkan, Kabupaten Simeulue sekarang ini sangat kekurangan tenaga guru dan tenaga kesehatan, sehingga perlu dibuka jurusan pendidikan dan keperawatan.

Untuk jurusan spesifik perlu adanya Fakultas Perikanan Laut, karena potensi ekonomi yang cukup besar adalah sektor kelautan, sehingga diharapkan daerah tersebut menjadi tujuan untuk menuntut ilmu kelautan.

Informasi yang diperoleh, untuk mewujudkan perguruan tinggi tersebut, Pemkab Simeulue telah melakukan berbagai lokakarya dengan mengundang pakar pendidikan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dan putra daerah yang telah berhasil.

Bupati Simeulue, Drs Darmili kini juga sudah membentuk badan pembentukan perguruan tinggi daerah, yang anggotanya terdiri dari para tokoh ulama dan masyarakat setempat, baik yang ada di Simeulue maupun luar daerah. (mhd)

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on
0 komentar
categories: | edit post


Sinabang, acehsport.com - Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Daerah Simeulue meraih tiket mengikuti Kejurnas PON XVI 2012 di Provinsi Riau mewakili Podsi Aceh. Melenggangnya Podsi Aceh ke Jurnas PON tersebut, setelah Podsi Simelue bertengger di level 5 dari 7 Podsi lainnya dengan perolehan hasil laga Kejuaraan Perahu Naga (Dragon Boat Danau) Opi Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan 3-4 Desember lalu.

Podsi Simeulue memperoleh medali emas di dua cabang Open Puteri 20 atlit, Open Mix (campuran) 20 atlit serta juara harapan pada cabang Open 20 Putera. Dari hasil laga tersebut Podsi Simeulue yang mewakili Podsi Aceh Kejurnas PON XVI bersanding dengan Podsi Kepri, Sumbar, Jambi, Kaltim, Sumsel dan Podsi Riau.
Keberhasilan tim Podsi Simeulue ke Kejurnas bukan didapat dengan mudah. Podsi Simeulue harus bertarung dengan 18 tim Podsi tangguh lainnya dari propinsi lain. Tim Podsi Simeulue bahkan nyaris gagal karena kesulitan dana. Pihak terpaksa meminjam dana dari salah satu bank local dan juga dari pengusaha lokal dengan jaminan Pemkab Simeulue.

“Selama ini kita kesulitan dengan dana, tapi kita tetap berjuang. Kita juga meminjam salah satu ruang dari satuan TNI AL sebagai base camp,” kata Budi Drajad, arsitek Dayung Simeulue, kepada Harian Aceh, kemarin.

Keberhasilan atlit Podsi Simeulue di setiap laga baik tingkat Internasional, Nasional dan laga dalam Daerah, katanya, murni karena kegigihan dan semangat para atlit bertanding dan mengangkat nama tempat kelahirannya. (ahm-ha)

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on
0 komentar
categories: | edit post


Sebelum tsunami datang orang-orang Simeulue telah berlari ke atas perbukitan. Jiwanya selamat namun rumah dan harta benda mereka hancur. Kini mereka mulai mencoba bangkit melalui keterampilan yang diturunkan oleh nenek moyang yaitu menganyam tikar pandan. Bersama Palang Merah Norwegia, masyarakat Simeulue Barat yang tinggal dalam keterpencilan wilayahnya mulai menapaki jalan panjang menuju masa depan...

PARIWISATA SIMEULUE :

Dunia pariwisata mengundang ketertarikan banyak pemerintah di dunia untuk mengembangkan. Sebagai sumber devisa, pariwisata menyimpan potensi yang sangat besar. Menurut beberapa ahli pariwisata dewasa ini sudah menjadi bidang usaha atau industri terbesar ketiga setelah minyak dan perdagangan senjata. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan bidang usaha terbesar kedua setelah minyak.

Sebagai pemasuk devisa, industri pariwisata memang cukup mengiurkan bagi Negara tujuan. Selain dari valuta asing yang dibelanjakan wisatawan selama berkunjung, negara ataupun daerah tujuan tersebut mendapat keuntungan ekonomis lainnya, seperti penerimaan pajak dari sektor usaha yang terkait dengan pariwisata seperti; hotel, restoran, tempat hiburan dll.

Selain sebagai pemasuk devisa, industri pariwisata dapat juga menjadi motor pengerak perekonomian masyarakat. Sebagai ilustrasi, dalam industri pariwisata memerlukan bebeberapa kebutuhan guna menarik turis untuk mendatangi suatu daerah diantaranya adalah hotel atau penginapan. Untuk memenuhi kebutuhan makan para tamu hotel atau penginapan, pengelola memerlukan bahan makanan yang bermutu dan segar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut mereka mencari bahan makanan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan di daerah sekitar lokasi hotel atau penginapan tersebut agar mendapat bahan yang segar. Kebutuhan ini menjadi peluang bagi masyarakat sekitar untuk mengembangkan agro industri dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Contoh lainnya adalah, setiap wisatawan yang berkunjung ke suatu negara atau daerah tentunya memerlukan cenderamata dari negara atau daerah tersebut sebagai tanda kenangan yang dapat diceritakan wisatawan kepada sahabat, keluarga, sejawat. Kebutuhan ini tentunya mendorong masyarakat di negara atau daerah tujuan wisata untuk berkarya dan memproduksi cinderamata yang diinginkan wisatawan. Dengan demikian pada kahirnya mendorong pertumbuhan industri kecil yang ada di masyarakat.

Dari beberapa contoh di atas, pengembangan industri pariwisata juga menjadi pendorong bagi penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor, baik sektor pariwisata itu sendiri amupun sektor yang mendukung pariwisata. Dengan demikian jelas bahwa pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif bagi perekonomian masyarakat di negara atau daerah tujuan wisata tersebut. Dengan berkembangnya pariwisata di suatu negara atau daerah akan mengakibatkan perluasan sumber-sumber perekonomian bagi masyarakat di negara atau daerah tujuan wisata tersebut.

Pariwisata adalah suatu gejala yang komplek yang menyangkut manusia manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek. Dari berbagai aspek yang ada, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar adalah aspek ekonomisnya, maka berkembanglah suatu konsep yaitu industri pariwisata yang merupakan suatu kegiatan pariwisata seutuhnya. Sebagai industri, pariwisata mengeluarkan produk yang akan dibeli oleh pembelinya, yakni wisatawan. Ada bermacam-macam produk yang ditawarkan oleh industri pariwisata yang dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang, yakni; bidang atraksi, bidang transportasi wisata, dan bidang jasa wisata. Bidang atraksi merupakan sesuatu yang diharapkan dari motif wisatwan berkunjung ke negara atau daerah tujuan wisata. Jadi seorang wisatwan akan berkunjung ke suatu daerah atau negara tujuan wisata untuk melihat atraksi wisata yang ada di daerah atau negara tersebut. Dengan demikian jika suatu negara atau daerah mempunyai niat untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya haruslah memperhatikan ketersediaan atraksi wisata yang dapat menarik wisatwan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Atraksi wisata dalam hal ini dapat berupa panorama alam, keanekaragaman budaya, peninggalan sejarah, kehidupan masyarakat dan sebagainya. Bidang jasa wisata merupakan produk yang dihasilkan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan wisata di negara atau daerah tujuan wisata. Jasa wisata yang dimaksud adalah hotel-hotel, penginapan, restoran, tempat hiburan, pramuwisita, dan lain-lain. Produk industri wisata yang tidak kalah pentingnya dari produk yang lain adalah transportasi wisata. Produk ini dimaksudkan untuk melayani wisatawan dari tempat asal ke tempat tujuan wisata atau dari hotel ke tempat atraksi wisata.

Berkembang atau tidaknya suatu negara atau daerah menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan bergantung pada ketiga produk pariwisata yang dihasilkan oleh negara atau daerah tersebut. Semakin bagus dan bersaingnya produk yang dihasilkan, semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke negara atau daerah tersebut. Sebaliknya semakin buruk produk yang dihasilkan semakin berkurang pula wisatawan yang berkunjung ke negara atau daerah tersebut.

Potensi Wisata

Peristiwa tsunami yang melanda Aceh setahun yang lalu banyak membawa hikmah bagi masyarakat Aceh termasuk masyarakat Simeulue. Salah satu hikmah yang terjadi adalah terkenalnnya daerah Simeulue sebagai salah satu daerah yang terkena gelombang tsunami namun tidak menimbulkan korban jiwa yang sangat besar. Masyarakat dunia merasa kagum atas upaya masyarakat Simeulue dalam menghindari korban jiwa yang sangat besar sebagaimana terjadi pada daerah-daerah lain yang terkena gelombang tsunami. Dari berbagai pemberitaan baik televisi maupun surat kabar atau bahkan internet diketahui bahwa keberhasilan masyarakat Simeulue menghindari korban yang cukup besar akibat gelombang tsunami terjadi karena masyarakat Simeulue masih tetap memegang adat istiadat dan mematuhi nasihat para orang tua. Mereka masih memegang teguh nasihat para orang tua yang menganjurkan untuk memelihara hutan mangrove, berlari ke gunung atau tempat yang tinggi jika terjadi gempa besar diikuti surutnya air laut.

Terkenalnya Simeulue di mata masyarakat dunia menjadi sebuah potensi yang sangat besar dalam membangun industri pariwisata selain potensi yang lain. Dengan dikenalnya Simeulue, maka dalam mempromosikan pariwisata pada dunia luar akan menjadi lebih mudah.

Sebelum terjadinya bencana tsunami tahun 2004 yang lalu, daerah Simeulue memiliki kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri pariwisata sebagaimana daerah utama tujuan wisata di Indonesia seperti pulau Bali. Menurut Nyoman S.Pendit[1] Potensi pariwisata Indonesia terletak pada masyarakat (People) bumi nusantara (land), lautan katulistiwa (tropical seas), dan seni budaya (art and culture) yang merupakan : warisan budaya (cultural heritage), adat istiadat) (ways of life), cantiknya alam (lands of beauty), hangatnya air lautan (tropical warmth of sea water), pertanian ( agriculture), perkebunan (plantation), kehidupan masyarakat desa (community life in villages), peninggalan sejarah, monumen, candi, masjid, dll (archaelogy), goa-goa (caves), hutan belantara (jungles), olah raga air (water sports), upacara dan seremoni (programmes and ceremony) dan lain-lain.

Jika kita berpatokan pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa Simeulue dapat dikatakan sangat berpotensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari apa yang dimiliki oleh Simeulue dan masyarakat yang mendiami pulau tersebut.

Sebagai suatu daerah kepulauan, Simeulue banyak memiliki pantai dan pemandangan bawah laut dengan berbagai biota laut yang sangat indah. Tingginya gelombang menjadi tantangan menarik bagi para peselencar untuk menaklukannya. Selain itu juga lezatnya lobster yang merupakan budidaya unggulan masyarakat Simeulue memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk menikmatinya.

Sebagai daerah kepulauan, Simeulue memiliki sebanyak 15 pulau yang berpenghuni dan 27 pulau yang tidak berpenghuni. Ke 27 pulau yang tidak berpenghuni tersebut sangat layak untuk dijadikan resort-resort pariwisata. Di dalam pulau Simeulue sendiri terdapat berbagai macam objek pariwisata yang dapat lebih dikembangkan. Makam Mangkudo Batu di daerah Teupah Barat, makam Tengku Di ujung di Simeulue Tengah, makam T Silaborit di Simeulue Tengah, Benteng Belanda di Teupah Selatan dan Teupah Barat, Masjid Tabusalihon di Teupah Barat. Teluk Sibigo yang memiliki terumbu karam yang indah, Pantai alus-alus dan Pulau Tampak yang dikelilingi hamparan pasir putih dan sangat menawan untuk olah raga air. Pantai Busung.

Selain potensi alam, Adat istiadat yang tetap dipegang teguh masyarakat Simeulue juga menjadi potensi bagi pengembangan industri pariwisata di simeulue. Kesenian seperti debus, pencak silat, Tari angguk, Tari Andalas, Nandong sangat menarik dan berpotensi untuk dijadikan sebagai atraksi budaya. Buae (menidurkan anak) nanga-nanga yang merupakan kebiasaan masyarakat setempat.[2]

Permasalahan Dalam Pengembangan Pariwisata

Ruang lingkup kegiatan pariwisata di Indonesia menurut Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 9 tahun 1969 adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan promosi, perjalanan dengan segala fasilitas-fasilitas yang diperlukan, akomodasi, rekreasi, pelayanan – pelayanan dan fasilitas-fasiltas lainnya yang diperlukan oleh wisatawan. Dengan demikian untuk mengembangkan pariwisata terdapat 4 kebutuhan dasar yakni : (1) akomodasi, (2) Transportasi, (3) Jasa dan (4) Atraksi.[3]

Dari 4 kebutuhan dasar tersebut, daerah Simeulue dapat dikatakan telah terpenuhi. Fasilitas akomodasi terdiri dari 3 losmen yaitu Losmen simeuleu, Losmen Sukma Raya, dan Losmen Kencana Baru serta rumah makan berjumlah 7 buah. Alat trasportasi yang tersedia menuju Simeuleu dari Banda Aceh terdapat dua jalur yakni jalur laut dengan mengunakan kapal laut melalui pelabuhan ulhelee Banda Aceh dan Pesawat Udara melalui Bandara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang. Selain itu juga untuk mengunjungi daerah-daerah wisata di Pulau Simeulue, wisatawan dapat mempergunakan kendaraan umum atau pun mencarter kendaraan baik mobil maupun sepeda motor. Sedangkan atraksi yang dapat dilihat wisatawan yang mengunjungi Simeulue terdapat banyak pilihan dari atraksi budaya sampai kehidupan masyarakat Simeulue.

Namun , hal tersebut di atas belum lah cukup. Segala kebutuhan dasar pariwisata yang tersedia di Simeulue hanya mampu untuk melayani masyarakat setempat dan pengunjung dari luar Simeulue yang datang untuk kepentingan lain. Walaupun telah dilayani oleh jasa penerbangan dan laut, namun untuk menuju Simeulue banyak orang merasa kesulitan. Penerbangan hanya dilayani oleh SMAC, satu perusahan penerbangan dengan pesawat kecil. Dengan pesawat yang memiliki kapasitas 18-22 tempat duduk yang selalu fully booked ini , wisatawan yang akan berkunjung ke Simeulue harus bersabar selama seminggu untuk menunggu jadwal penerbangan dan itu pun belum tentu mendapat tiket. Sedangkan transportasi melalui laut belum memiliki jadwal yang tetap dan hanya dilayani oleh kapal kecil. Akomodasi yang tersedia di Simeulue hanyalah setingkat losmen yang rata-rata memiliki 15 kamar tidak memiliki fasilitas AC.

Upaya Simeulue Mengembangkan Pariwisata

Berbagai cerita wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang mengunjungi Simeulue yang mengeluhkan minimnya fasilitas membuat usaha pengembangan pariwisata di Simeulue menjadi tantangan yang cukup berat bagi pihak-pihak terkait terutama Pemerintah Daerah Simeulue.

Pemerintah Daerah Simeulue sangat menyadari bahwa Simeuelue kurang menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di derah tersebut.

Untuk itu Pemda Simeulue berusaha meningkatkan daya tarik investor dengan mengembangkan berbagai kebijaksanaan diantaranya menetapkan arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi. Adapun arah kebijaksanaan yang terkait dengan sektor pariwisata adalah :

1. Menggali dan mengembangkan kebudayaan dan kesenian khas daerah Simeulue yang bersumber pada warisan leluhur yang berakar dari budaya Islam dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup masyarakat.

2. Menjalin kerjasama terprogram antar dinas terkait dengan lembaga adat dan seniman yang ada di masyarakat.

3. Menata dan membenahi objek-objek wisata alam dan wisata bahari yang bernilai ekonomis tanpa merusak lingkungan, dipadukan dengan pengembangan seni budaya dan cinderamata khas Simeulue.

4. Membangun dan menata kembali apresiasi seni dan adat istiadat yang membudaya dalam masyarakat sebagai penangkal budaya luar yang dapat merusak moral dan identitas bangsa.

5. Menciptakan iklim sosial yang dapat membuka kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berperan dalam mengaplikasikan hukum dan adat istiadat dalam tatanan hidup yang dipatuhi dan dihormati.

Selain menetapkan arah kebijaksanaan, Pemda Simeulue juga merencanakan pengelolaan kawasan pariwisata Simeulue yang diarahkan pada konsep wisata bahari dan wisata alam dengan semangat Back to Nature sehingga pengembangan pariwisata Simeulue tetap menjaga keseimbangan ekosistem.

Adapun rencana pengembangan yang akan datang adalah sebagai berikut :

1. Membangun kawasan wisata jemur di Pantai Lasikin hingga Pantai Lambaya sepanjang 40 Km.

2. Membangun resort untuk menunjang wisata Pantai di Kuta Batu, Buluhhadek, Lafakha, Miteum, Babang, Langi.

3. Membangun hutan-hutan wisata di Danau Lok Ulo, Danau Mutiara dan Suak Buluh.

4. Mempertahankan situs-situs seperti Makam Tengku Diujung.[4]

Penutup

Berbagai potensi pariwisata yang dimiliki Simeulue menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Namun hal itu belumlah cukup untuk mengundang wisatawan lebh banyak lagi. Berbagai rencana dilakukan oleh Pemda untuk memajukan pariwisata Simeulue. Seperti biasa yang terjadi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, berbagai rencana yang muluk-muluk akan selalu terkendala oleh berbagai faktor terutama faktor perhatian dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat yang minim terhadap daerah tertinggal. Tanpa adanya perhatian yang besar dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat tentunya kucuran dana yang diperlukan untuk membangun suatu daerah menjadi terhambat bahkan tidak ada sama sekali.

Dengan sistem otonomi daerah yang saat ini diterapkan di Indonesia menjadi peluang pada daerah-daerah tertinggal termasuk Simeulue untuk menggali potensi sendiri dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah untuk dipergunakan membangun daerah masing-masing.

Secara teoritis otonomi daerah dapat mengangkat harkat dan martabat daerah, namun dalam kenyataannya tidak semua daerah menjadi maju berkat otonomi daerah. Berbagai penyebab melatarbelakangi ketidakmajuan daerah-daerah diantaranya adalah mentalitas kerja para aparat baik eksekutif maupun legislatif yang seringkali tidak berpihak pada rakyat.

Apabila melihat perkembangan situasi Politik, ekonomi, sosial dan budaya Simeulue saat ini, Usaha Pemda Simeulue untuk mengembangkan pariwisata menjadi sebuah retrorika. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Baik Pemerintah pusat maupun daerah untuk dapat secara sungguh-sungguh mengembangkan industri pariwisata di Simeulue guna menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang tinggi yang berarti pula dapat mensejahterakan rakyat Simeulue.

SARANG LABA-LABA AMBIL PERANAN DI SIMEULUE

Jakarta, Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) berperan penting atas kekokohan sejumlah bangunan ramah gempa di Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh yang kerap di landa gempa.

"Dalam dua kali gempa tahun 2004 dan 2005, bangunan yang menggunakan KSLL terbukti mampu bertahan, padahal ketika itu kekuatan gempa mencapai 9 Skala Richter," kata Bupati Simeulue saat dihubungi via ponsel, Selasa.

Semenjak itu, dia menyarankan bangunan di Pulau Simeulue menggunakan KSLL, meski tidak dapat dipaksakan terutama karena faktor dana yang berasal dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR).

"Saya hanya dapat mengharuskan penggunaan KSLL pada bangunan yang menjadi keputusan dan kewenangan sebagai Bupati. Di luar itu, saya hanya dapat menyarankan padahal konstruksi itu terbukti ramah gempa dalam dua kali gempa," ujarnya.

Darmili mengatakan, bangunan tiga lantai miliknya yang mengunakan KSLL terbukti mampu bertahan saat gempa terjadi, sementara bangunan lain yang tidak menggunakan teknologi ini ambruk.

Kabupaten Simeulue yang mencakup Pulau Simeulue dan berlokasi di sebelah Barat Provinsi NAD, seperti halnya wilayah Barat Sumatra merupakan daerah rawan gempa.

Darmili mengatakan, alasan menggunakan KSLL, di samping materialnya mudah didapat di pulau seperti Simeulue, juga tidak perlu keahlian khusus untuk mengerjakannya sehingga tenaga yang ada dapat dilatih.

KSLL merupakan karya anak bangsa yang ditemukan sejak tahun 1985 serta sudah banyak konsultan konstruksi yang menggunakannya, terutama di daerah-daerah ekstrim bencana gempa, jelasnya.

Darmili mengatakan, dalam kaitannya dengan musibah gempa di Padang dan Pariaman Sumatera Barat, pihaknya berkesempatan memberikan sosialisasi bangunan ramah gempa sekaligus bantuan dari masyarakat Simeulue.

"Belum banyak pemerintah daerah di daerah bencana yang memahami KSLL, sehingga sudah menjadi kewajiban kami menginformasikan berdasarkan pengalaman yang terjadi di daerah kami," kata Darmili.

Dia mengatakan, dari segi biaya, KSLL juga tidak terlalu mahal karena termasuk dalam pondasi dangkal berbeda dengan tiang pancang yang membutuhkan ke dalaman 20 sampai 25 meter.

Bahkan bangunan yang menggunakan KSLL membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk pemadatan tanah berbeda dengan tiang pancang yang hampir seluruhnya menggunakan peralatan, papar Darmili. (ant)

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on
1 komentar
categories: | edit post

Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.

Ibukota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Sinafang yang artinya senapan atau senjata api, di mana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Sementara Sibigo ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.

Karena posisi geografisnya yang terisolasi dari Pulau Sumatera, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini.

Kabupaten Simeulue dibagi menjadi 8 kecamatan yaitu:

* Simeulue Timur
* Teupah Barat
* Teupah Selatan
* Simeulue Tengah
* Teluk Dalam
* Salang
* Alafan
* Simeulue Barat


Penduduk

Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan.
[sunting] Bahasa

Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Ulau, bahasa Sibigo, dan bahasa Jamee. Bahasa Ulau (pulau) umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam. Bahasa Sibigo umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang. Sedangkan bahasa Jamee (tamu) digunakan khususnya oleh para penduduk yang berdiam di sekitar kota Sinabang dan sekitarnya yang umumnya perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing.

Budaya

Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya di daratan Aceh, salah satunya adalah seni Nandong, suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa. Terdapat pula seni yang sangat digemari sebagian besar masyarakat, seni Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu, serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue acap diundang ke mancanegara.
[sunting] Potensi
[sunting] Peternakan

Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah kerbau simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan Sumatera. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi.

Kelautan

Di dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah Lobster (udang laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri hingga Singapura dan Malaysia.
[sunting] Perkebunan

Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Hasil perkebunan rakyat lainnya di antaranya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur di sepanjang pantai Pulau Simeulue.
[sunting] Kehutanan

Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon, Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan swakelola Pemerintah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.

Minyak bumi

Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Riset Geologi dan Kelautan Jerman (BGR) menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada sekitar 107,5-320,79 miliar barel. "Temuan ini hasil riset kami dengan Kapal Riset Sonne, yang tujuan awalnya untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004," kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip Antara. Dibandingkan dengan cadangan minyak bumi milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barrel. Temuan itu, menurut Yusuf, sangat signifikan. Sedangkan nilai volume di perairan timur laut Pulau Simeulue itu dihitung minimal 17,1 x 109 m³ dan maksimal volume total 51 x 109 m³. "Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, karbonat build-up berbentuk melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen," ujarnya.

Gempa bumi dan tsunami

Gugusan Kepulauan Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar dan kecil (± 40 buah) berada tepat di atas persimpangan tiga palung laut terbesar dunia, yakni pada pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Australia dan lempeng Samudera Hindia. Sehingga pada saat terjadinya gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang ber-episentrum di ujung barat Pulau Simeulue, pulau ini mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah. Namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun menurun peristiwa yang disebut sebagai smong, di mana apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis tanpa disuruh seluruh penduduk, tua muda, besar kecil laki-laki dan perempuan beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami tersebut.

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on
0 komentar
categories: | edit post

15 December 2009, 10:31
Simeulue
BANDA ACEH - Rakyat Kabupaten Simeulu, bakal memiliki perguruan tinggi. Upaya dari hal ini telah dituangkan dalam musyawarah besar yang diikuti 100 lebih tokoh kabupaten ini serta dibuka oleh Bupati Simeulue, Drs Darmili di Aula DPRK Simeulue, dua hari lalu. Informasi yang diperoleh Serambi, tokoh yang hadir dalam pertemuan itu terdiri dari birokrat, politisi, teknokrat, tokoh ulama, organisasi kepemudaan, tokoh perempuan, utusan organisasi profesi, LSM, dan kalangan akademisi. Sedangkan narasumber yang hadir dalam musyawarah itu masing-masing, Dr Aliasudin SE MSi (Dosen Fakultas Ekonomi Unsiyah Banda Aceh), dan Drs Zulkarnain MSi (Dosen Institut Takhnologi Medan/Kopertis wilayah I Medan).

Begitupun dalam musyawarah tersebut melahirkan keputusan bersama yakni pendirian perguruan tinggi Simeulue diberinama Universitas Simeulue. Dan, menetapkan pengurus yayasan melalui tim formatur yang diketuai langsung wakil Bupati Simeulue, Drs HM Yunan T yang menentapkan H Azharudin Agur SPd sebagai pimpinan yayasan dan Sarman Jayadi SH, sebagai sekretaris.

Harus Terwujud
Sementara itu, anggota DPRA asal Kabupaten Simeulu, Erly Hasyim membenarkan ada pertemuan di Simeulu, membicarakan tentang pendirian perguruan tinggi. “Saya menilai ini suatu terobosan bagus dan saya mendukung program ini,” ujar politisi dari Partai Bulan Bintang (PBB) ini.(swa)

Read More
Diposting oleh Imapa Cab.Jakarta Timur on Senin, 08 Februari 2010
0 komentar
categories: | edit post